Masyarakat Adat Desa Haumeni, Minta Izin Kepada Leluhur, Jelang Peringatan Hut Kota Kefamenanu ke 101 Tahun
Frederikus Suni (Redaksi Tafenpah Group)
Pahtimor.com - Lembah Bikomi atau yang lebih dikenal Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur, beberapa hari lagi akan berulang tahun ke 101 Tahun. Tepatnya pada tanggal, 22 September 2023.
Sebelum memperingati Hari lahirnya kota Kefamenanu yang didirikan oleh koloni atau pendudukan Belanda pada tanggal 22 September 1922, seluruh masyarakat yang ada di tanah perbatasan Indonesia dan Timor Leste ini akan mengikuti berbagai kegiatan.
![]() |
Pahtimor.com |
Salah satunya adalah Napak Tilas. Kegiatan ini bertujuan untuk menjelajahi kembali perjalanan Belanda dari Noetoko (Eban) hingga finis di Kefamenanu sebagai pusat pemerintahan administrasi, ekonomi, politik, dan berbagai kehidupan di Lembah Bikomi.
Boleh Baca: Terjemahan Lirik Lagu Kuan Kefa Karya Seniman Lokal Timor Tengah Utara, Vinsen Kolo
Menariknya, kegiatan Napak Tilas ini akan melewati Desa Haumeni, Kecamatan Bikomi Utara.
Pasalnya, pada zaman dulu, Desa Haumeni terkenal dengan kekayaan alamnya yang menjadi incaran bangsa-bangsa Eropa, yakni; KAYU CENDANA.
Cendana dalam bahasa Atoni Pah Meto (Suku Dawan) disebut 'HAU MENE.' Nama ini kemudian dipakai warga adat Desa Haumeni.
Pertanyaannya, mengapa cara penulisan Hau Mene berbeda dengan pengucapannya?
Lantaran, bahasa Dawan itu sangat kaya akan grammar atau kaidah bahasanya.
![]() |
Pahtimor.com |
Secara khusus, penyebutan Desa Haumeni itu identik dengan wangi-wangian kayu Cendana atau dalam bahasa Dawan disebut Haumeni.
Maka, sebagai desa penghasil Kayu Cendana terbesar di daratan pulau Timor, Desa Haumeni sangat seksi di mata para penjelajah Eropa, khususnya Portugal dan Belanda.
Boleh Baca: Mengenal Suku Dawan Yang Mendiami Timor Barat
Meskipun demikian, sejarah terbentuknya Desa Haumeni itu sangat panjang. Karena ada pelbagai faktor kebudayaan, sistem kerajaan, dan lain sebagainya.
Namun, pada edisi ini, admin Tafenpah Group hanya fokus pada Napak Tilas atau perjalanan sejarah bangsa Belanda (Koloni) dari Noetoko, secara khususnya Belanda juga pernah mendirikan pusat administrasi pemerintahannya di Desa Haumeni, tepatnya di Oe'apot dan Faotsuba.
Kedua tempat ini adalah bagian dari saksi bisu terbentuknya kota Kefamenanu.
Nah, sebagai bagian dari sejarah panjang terbentuknya kota Kefamenanu, warga adat Desa Haumeni pun meminta restu atau izin kepada para leluhurnya, dengan cara mempersembahkan hewan kurban kepada alam.
Kegiatan persembahan kurban kepada leluhur dan alam dari warga adat desa Haumeni ini, berlangsung di Oe'apot (Oe'apot adalah ledakan sumber mata air), persisnya 30-50 meter dari gedung Gereja Katolik Kristus Raja Haumeni).
Boleh Baca: Biarkanlah Peserta Didik SDK Haumeni Tersiksa dan Katong Tersenyum di Bawah Ruangan Ber-AC!
Tujuan dari persembahan kurban kepada leluhur dan alam ini adalah untuk menjaga kegiatan Napak Tilas yang akan diikutin oleh berbagai organisasi, instansi, desa, sekolah, dll.
Kegiatan Napak Tilas ini akan dimulai pada tanggal 20 September 2023. Star awalnya dari Desa Noetoko (Kota Tua), Kecamatan Miomaffo Barat, para peserta Napak Tilas akan bermalam di Desa Haumeni, dan finis pada tanggal 22 September 2023 di rumah jabatan bupati, kota Kefamenanu, sebagai malam puncak perayaan Hut kota Kefamenanu ke-101 tahun.
Boleh Baca: 5 Ucapan Bahasa Dawan di HUT Kota Kefamenanu ke- 100 Tahun Tafenpah
"Kegiatan Napak Tilas ini juga akan memberikan wawasan historis/sejarah bagi generasi muda yang ada di kota Kefamenanu, khususnya Desa Haumeni untuk tetap mengingat kampung halamannya. Karena bagaimana pun juga, setiap perjalanan atau perkembangan zaman, itu tidak akan pernah terlepas dari sejarah masa lalunya. Untuk itu, membekali diri dengan kearifan lokal budaya Atoni Pah Meto di tengah perkembangan zaman sangat diperlukan oleh semua generasi muda Haumeni" harap Adolfus Sasi, Kepala Desa Haumeni kepada media ini.
Posting Komentar untuk "Masyarakat Adat Desa Haumeni, Minta Izin Kepada Leluhur, Jelang Peringatan Hut Kota Kefamenanu ke 101 Tahun "
Berkomentarlah dengan bijaksana! Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator sebagaimana yang tertera dalam UU ITE